Keindahan alam Sumatera Barat terangkum
lengkap di tanah Minangkabau. Dari pantai-pantai yang menawan, bentangan
ngarai serta lembah yang mengagumkan, hiasan kontur alam berupa gunung
serta perbukitan dan tak ketinggalan, keindahan danau-danau yang
memukau. Tidak diragukan lagi, salah satu danau di Sumatera Barat yang
menyimpan panorama alam yang memikat adalah Danau Maninjau.
Danau Maninjau merupakan sebuah danau vulkanik yang berada tepat di
jantung Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Terletak di ketinggian kurang
lebih 460 meter diatas permukaan laut, danau ini membentang seluas 100
km persegi dengan kedalaman rata-rata 105 meter. Dengan luasnya
tersebut, Maninjau menjadi danau terluas kesebelas di Indonesia.
Menurut sejarahnya, danau ini terbentuk akibat erupsi vulkanik dari
Gunung Sitinjau yang terjadi kurang lebih 52.000 tahun yang lalu.
Kaldera yang terbentuk sedemikian luas kemudian berkembang menjadi
sebuah danau. Hal ini sama seperti yang terjadi pada Danau Toba di
Sumatera Utara dan Danau Batur di Bali.
MINANGKABAU
(1)
Sabtu, 23 Desember 2017
Cagar Alam Maninjau habitat binatang buas
"Ini berdasarkan jejak telapak kaki dan bunyi-bunyian binatang tersebut saat kami melakukan monitoring ke lokasi itu," kata Kepala BKSDA Agam, Syahrial Tanjung didampingi petugas BKSDA Syafrial Suharto di Lubuk Basung, Selasa.
Ia menambahkan binatang buas ini juga ditemukan di Gunung Singgalang dan Hutan Palupuh.
Namun, pihaknya tidak bisa memastikan beberapa ekor populasi binatang buas itu.
"Kami hanya menemukan jejak dan mendengar suara binatang itu," katanya.
Pihaknya mengimbau kepada warga untuk tidak mengganggu habitat dengan cara merusak hutan dan menangkap hewan itu.
Apabila ini terjadi maka binatang buas ini akan turun ke permukiman warga untuk mencari makan, sebutnya.
"Ini yang terjadi di Cubadak Lilin, Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan, mengakibatkan tiga kerbau milik warga dimangsa harimau," katanya.
21 Bunga Rafflesia Tumbuh di Cagar Alam Maninjau
"Dari empat bunga Rafflesia yang sudah mekar itu, tiga bunga sudah mati atau sudah berwarna hitam, dan satu masih mekar," katanya, Rabu (25/10)
Saat ini 21 bunga Rafflesia itu belum diketahui jenisnya. Namun jenisnya hampir sama dengan bunga Rafflesia Arnoldii, Rafflesia Biguida dan Rafflesia Azlanii. Untuk menentukan jenis tumbuhan parasit itu, BKSDA melakukan koordinasi dengan ahli dari Universitas Bengkulu, setelah pihaknya melakukan identifikasi ke lapangan.
"Kami telah mengirimkan data melalui email ke ahli bunga Rafflesia di Universitas Bengkulu," katanya.
Ia menambahkan, bunga tersebut ditemukan oleh masyarakat sekitar saat meninjau lokasi sumber air untuk Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) pada Kamis (19/10). Saat itu warga menemukan benda berwarna merah dan warga mencoba untuk menghindari lokasi itu.
"Mereka mengira benda itu merupakan sisa daging ternak yang dimangsa harimau Sumatera, karena di lokasi tersebut merupakan daerah konflik antara harimau dengan ternak warga pada Maret 2017," katanya.
Langganan:
Postingan (Atom)